Kala Cinta Tergoda
Seperti halnya yang dirasakan orang-orang pada umumnya, saat menanti
pernikahan mereka. Jantungmu akan berdegub sangat kencang dan pikiranmu akan
dipenuhi oleh banyak pertanyaan yang membuatmu ragu namun menantikan pernikahan
itu. Suasana inilah yang dirasakan oleh Clara saat ini. Clara merupakan salah
satu anak konglomerat di kota besar ini. Perawakannya tinggi dan langsing bak
seorang model catwalk, rambutnya
panjang hitam lurus dan berkilau. Wajahnya yang sangat cantik membuat banyak
orang yang berkata bahwa clara adalah kembaran Sandra Dewi yang merupakan salah
satu artist wanita tercantik di tanah
air. Clara termasuk wanita yang cerdas dan berbakat, dia juga sudah meluluskan
kuliah strata keduanya di Amerika. Bukankah dengan kriterianya clara sudah
dapat digolongkan sebagai wanita yang tersempurna untuk dinikahi. berbahagialah
Dimas yang hanya seorang pelukis yang berpenghasilan kecil, namun berhasil
merebut hati clara. Dimas bekerja sebagai seorang pelukis di pinggiran kota, namun
banyak hasil karyanya yang sudah berhasil dijual kepada orang kota. Dari segi
wajah dan penampilan dimas memang terbilang masuk kedalam pria idaman. Perawakannya tinggi besar,
dengan kulit putih dan badan yang kekar. Saat ini menjadi sesuatu yang berat
bagi clara, karena dia harus memilih antara keluarganya dengan dimas, laki-laki
yang telah merebut hatinya.
“Ayah dengan tegas melarang kamu untuk berhubungan dengan pelukis jalan
itu. Tapi kamu masih tetap menjalankan hubungan dengan dia, dan sekarang kamu
ingin menikah dengan dia??”
“…. Apa kamu sudah gila? Dimana otakmu? Ayah sudah menyekolahkankamu
smpai ke luar negeri. Namun mengapa untuk hal seperti ini nalarmu tidak
digunakan? Pria itu hanya akan membuat neraka bagimu…”
“Putuskan hubunganmu dengannya.” Kata sang ayah engan wajah keras.
“Tapi ayah… saya sudah terlanjur menyukainya. Saya tidak dapat
meninggalkannya.” Kata ku membalas.
“Kalau begitu pilihlah antara ayah atau pergi dengan laki-laki bajingan
itu tanpa membawa apapun.” Kata sang ayah dengan tegas.
“Ayah… mengapa memberiku pilihan yang sangat berat? Aku sangat
berterimakasih karena ayah sudah merawatku dengan sangat baik sampai sekarang.
Namun…..” suasana menjadi hening dan clara tidak sanggup melanjutkan
perkataannya.
“….. Maafkan aku ayah, saya sudah menjadi anak yang durhaka. Maafkan
aku…” kata clara lalu berlari meninggalkan rumahnya yang besar bak begitu indah
bak istana.
“HEIIIIII….. CLARAAA…” kata sang ayah berteriak.
“ Kau akan menerima akibatnya. Bajingan itu hanya akan membawamu masuk ke
dalam neraka. Ingat!!! Jangan pernah datang kesini lagi. Aku bukan lagi ayahmu
setelah kau melangkahkan kakimu dari rumah ini.”kata sang ayah dengan tegas dan
sangat penuh emosi.
Namun sang anak tetap berlari pergi dan meninggalkan ayahnya dengan
segala resiko yang akan diterimanya bersama laki-laki yang telah dipilihnya.
Hari ini akan menjadi hari pernikahan baginya. Acara hanya dilaksanakan
di mesjid dengan sebuah al-qur’an dan seperangkat alat shalat, dengan seorang
ustad yang merestui. Sebelum ijab kobul dimulai,
“Aku berjanji akan menjagamu dengan baik. Aku tidak akan menyia-nyiakan
dirimu. I promise you.” kata dimas
sambil memegang tangan clara.
Clara hanya bisa tersenyum dan mempercayakan hidupnya pada kuncoro.
Pernikahan pun berlangsung dengan lancar dan sekarang meraka telah resmi
menjadi pasangan hidup. Mereka terlihat seperti yang paling bahagia di dunia
ini. Dimas pun sangat menyayangi clara. Demikian pun dengan clara. Pasangan ini
terlihat sangat bahagia seakan-akan dunia menjadi milik mereka berdua.
“ Aku mempunyai sebuah rumah peninggalan ibuku di pinggiran kota. Dari
pada mengontrak lebih baik tinggal disana , kita akan memulai hidup kita
disana.
“Ya tentu.. dan terima kasih.”kata clara
“Untuk apa?”
“ Karena kau telah hadir dalam hidupku.”kata clara sambil tersenyum, dan
keduanya berpelukan dengan penuh arti.
Rumah milik dimas sangat jauh berbeda dengan rumah milik clara. Atapnya
terbuat dari genteng merah dan beberapa atapnya sudah bolong. Sebagian
temboknya belum diplester dan lantainya masih berupa tanah merah. Halamannya
cukup luas dan dipenuhi rumput liar.dipinggirnya ada sebuah sungai yang
mengalir dengan deras. Butuh waktu yang cukup lama bagi clara seorang anak
konglomerat, untuk menyesuaikan diri tinggal di sebuah tempat yang bahkan sulit
baginya untuk disebut sebuah rumah, bahkan gudang dirumah ayahnya jauh lebih
baik dari rumah ini. Meskipun demikian clara tetap terlihat bahagia didepan
dimas.
“Rumah ini memang sangat jauh berada dibawah di bandingkan dengan rumah
kamu di kota. Maaf karena saya tidak mampu memberikan yang terbaik untuk
dirimu.”
“Tenanglah.. aku sudah memilih untuk tinggal bersamamu, yang berarti aku
sudah siap dengan segala resiko yang akan kuterima.”
Terima kasih. Aku akan berjuang untuk hidup kita dan tidak akan lama..
bersabarlah…”
“Berjuang perlahan. Aku akan selalu mendukungmu.”
Kelurga ini menjadi sesuatu yang sangat harmonis dan saling mendukung,
walaupun ekonomi mereka sangat jauh dibawah taraf hidup.
Saat ini clara memulai sesuatu yang sangat berat. Dia bahkan tidak tahu
bagaimana cara memasak nasi dan membuat tumis sayur. Saat didapur ia hanya
terdiam dan bingung apa yang harus dilakukan. Dimas menjadi suami yang sangat
pengertian dan sangat memahami clara. Seakan-akan dapat membaca pikirannya. Ia
meliah clara terdiam di dapur dan mengambil beberapa perabotan untuk memasak
nasi dan sayur.
“Lihatlah… mungkin sangat sulit pada awalnya namun sebenarnya ini mudah.”
Clara hanya terdiam karena malu. Kemudian suasana mencair dan keduanya
memasak bersama.
“Terima kasih…. “ kata clara
“…. Dan maaf karena aku tidak bisa menjadi istri yang cukup baik bagimu.”
“Tidak.. kau melakukannya dengan sangat baik.” Kata dimas.
Esok harinya, clara bangun pagi-pagi sekali untuk menyiapkan sarapan
pagi. Namun hasilnya tidah dapat dikatakan sebagai sesuatu yang cukup baik
untuk disebut sebagai makanan. Nasinya terlalu keras seperti batu. Dimas yang
melihat istrinya sudah bekerja keras untuk ini semua hanya berkata,
“Kau bangun pagi sekali untuk ini semua. Ayo kita makan.”
Tapi ini tidak bisa dimakan. Aku akan mencoba membuatnya lagi.”
Tidak perlu, ini sudah cukup. Ayo kita makan..” kata dimas sambil menarik
kursi untuk clara duduk, dan keduanya makan bersama pagi itu.
Selesai makan dimas segera berangkat kerja untuk menjual
lukisan-lukisannya ke kota. Clara membersihkan rumah dan memcuci piring. Semua
ini terus berlangsung setiap harinya. Semua ini menjadi sangat sulit baginya
karena dia tidak pernah melakukannya dirumah ayahnya. Semuanya telah disiapkan
oleh pelayan dirumahnya. Ia pun semakin merindukan kehidupannya yang dulu. Nasi
yang dimasaknya pada kali berikutnya menjadi lembek namun tak dapat disebut
sebagai bubur. Rasa sayurnya aneh dan terlalu asin. Semuanya membuatnya semakin
depresi karena tetap tidak bisa melakukan pekerjaan rumah. Namun dimas dengan
sabar tetap mengajarinya dan menemaninya. Satu-satunya hal yang membuatnya
tetap sabar untuk tinggal disana adalah dimas.
Beberapa bulan kemudian, seorang wanita yang kurus, dengan rambut yang
terikat namun tidak memiliki sinarnya seperti dulu, sedang menyapu halaman
rumahnya. Clara yang tadinya bak model catwalk
saat ini menjadi seseorang yang bisa dikatakan tidak dapat dikenali. Badannya
kurus kering dan kulitnya sudah tidak seputih dulu. Rambutnya acak-acakan dan
kusam.
“Clara…..”kata seorang pria dari dalam rumah.
“Sudah kubilang, kamu jangan bekerja lagi. Cukup istirahat dan jangan
bekerja keras. Apa kau tahu? Saya tidak sanggup melihat hidupmu sekarang
seperti ini…”
“…. Maaf karena saya sudah mengacaukan hidupmu dan membuatmu hidup
sengsara.”
“Sudahlah… saya tidak mempermasalahkan ini. Saya sudah pernah berkata
dulu, bahwa saya siap untuk menerima resikonya. Tenanglah, yang terpenting
adalah kau tetap berjuang untuk keluarga ini dan tetap bersama denganku.”
Dimas hanya terdiam dan sedih melihat
kondisi clara saat ini. Dia merasa sangat tertekan karena clara sudah menjadi
seperti ini karena dirinya.
Setiap hari dimas hanya terdiam dan
terus berfikir bagaimana cara mempertanggung jawabkan perbuatannya terhadap
clara.
Suatu hari saat sedang menjual lukisan
di kota, dimas menemui seorang wanita muda yang memborong semua lukisannya.
“Mas... ini semua kamu yang lukis?”
“Ya.. mbak.”
“Kalau begitu saya beli ini semua.”
“Wahh.. serius mbak? Mau diantar
kemana?”
“Ya mas.. hasil karyanya sangat bagus, tolong
diantar kesini ya.” Kata wanita itu sambil memberikan secarik kertas
bertuliskan alamatnya. Ternyata itu adalah alamat rumah wanita itu.
“Ini mas, bayarannya..” kata wanita itu
sambil memberikan selembar cek kepada dimas.
“... Tapi ini terlalu banyak mba.”
“Ia.. itu bonus dari saya... nanti kalau
ada lukisan lagi kamu antar saja langsung ke sini.
Katakan saja pada penjaga untuk Azkia.”
“Baik mbak.”
Dimas yang mendapatkan banyak order hari
itu, segera pergi ketoko pakaian wanita dan membeli beberapa baju untuk clara.
Setelah itu dia segera pergi ke restoran untuk membeli bebek panggang. Dia
terlihat sangat bahagia saat itu, karena dapat membelikan clara pakaian yang
bagus dan makanan yang enak.
“CLara... saya pulang.”
“Ia.. mas..” katanya sambil menyimpan
jaket dimas.
“.... Lihat nih, saya bawakan apa untuk
kamu..” kata dimas sambil menyerahkan bungkusan yang dibawanya.
“Wah... wangi sekali.” Kata clara sambil
tersenyum.
“Ini... bajunya bagus sekali mas..
terima kasih ya...” kata clara sambil memeluk dimas.
“Ya.. sama-sama. Saya senang kalau kamu
bahagia.” Kata dimas juga memeluk clara.
Keduanya pun makan bersama dan
menghabiskan semalam penuh bersama di halaman sambil melihat bintang dan bulan.
Keduanya sangat bahagia saat itu terutama, saat clara berkata
“ Mas ... hari ini aku tidak enak badan
makanya aku ke bidan....”
“Kan saya sudah bilang kamu jangan
terlalu sering bekerja keras, jadinya kamu sakit kan.” Kata dimas menyela
kata-kata clara karena khawatir.
“..... Bukan mas, kata bidan aku
Hamil...”kata clara tersenyum kepada dimas.
“Benarkah? Kalau begitu aku akan menjadi
ayah dan kamu akan menjadi ibu.” Kata dimas bahagia lalu mencium kening clara.
Saat ini keduanya menjadi semakin bahagia dengan segalanya yang ada dalam hidup
mereka.
Lukisan kuncoro pun slalu habis karena
diborong oleh azkia. Hal ini terus berjalan terus sampai clara melahirkan
putrinya, yang di berinama clarisa. Suatu saat, dimas akan mengantarkan
lukisannya kerumah azkia, namun azkia sudah tidak mau membelinya, malah
berkata.
“Dimas... tidak sadarkah kamu? Selama
setahun ini mengapa saya membeli lukisan karyamu?”
“Karena anda menyukai lukisan saya…” kata dimas
“Salah besar. Selama ini saya membeli lukisan kamu
karena saya menyukai kamu bukan lukisan kamu. Jadi maukah kamu menikah dengan
saya?.”
“…Ibu tahu saya sudah menikah dan mempunyai istri dan
anak.”
“bagaimana mungkin saya tidak menyelidiki latar hidup
orang yang saya sukai? Tentu saja saya sudah mengetahuinya. Dan saya tidak
keberatan terhadap itu. Kau dapat menikahi saya sebagai istri kedua-mu.”
Dimas yang mendengar itu semakin kaget dan terkejut.
“Maaf Bu. Anda terlalu gila. Saya tidak bisa, saya
terlalu mencintai istri saya.” Kata dimas lalu pergi meninggalkan azkia.
Dirumah dimas tidak mengatakan apa pun kepada clara.
Dia hanya terdiam dan terlihat sedikit terkejut.
“Apa kamu sakit mas?”
Tidak, tenanglah…”
“Mas kamu bekerja keras sampai kehidupan kita dapat
sampai di titik ini.”
“Ia semoga saya masih dapat mempertahankannya karena
hari ini lukisan saya belum terjual satu pun.” bersabarlah. tuhan pasti akan
membantu.”
Esok harinya, lukisan dimas belum laku juga. Setelah
lama menanti seorang wanita datang, ternyata azkia.
“Lukisanmu.. belum terjual?”
Dimas hanya diam dan tidak menjawab.
“Apa kau sudah mempertimbangkan tawaran saya?”
“… Saya dapat memberikan kamu segalanya.. uang, cinta,
kehidupan.. segalanya.”
Mendengar perkataan itu dimas terdiam dan berfikir.
Dia tidak ingin kehidupa mereka kembali ke kondisi awal saat dimana clara
terlihat begitu kurus dan memberikan kehidupan yang begitu kejam. Apabila azkia
tidak membeli lukisannya maka penghasilannya tidak akan mencukupi biaya hidup
mereka.
“Baiklah. Namun kau tidak boleh memberitahu istriku
dan ini hanya menjadi pernikahan sirih antara kita. “ kata dimas tidak berdaya
Pernikahan anatara azkia dan dimas pun berlangsung.
Sementara itu clara sang istri tidak mengetahui apa pun mengenai hal ini. Dia
masih merawat anaknya, membersihkan rumah mereka, dan dengan sabar menanti
suaminya pulang.
Sampai suatu hari, clara menemukan bau farpun dan
bekas lipstick di baju dimas. Clara menjadi panik dan takut, ia tidak dapat
mempercayai apabila dimas berhubungan dengan wanita lain.
“Mas… apa ini?”kata clara sambil menunjukan baju milik
dimas yang terkena noda lipstick. Dimas yang tidak tahan lagi untuk
menutup-nutupi pernikahan keduanya, menceritakan kepada clara apa yang
sebenarnya terjadi.
“Tega betul kamu mas, mengapa kamu melakukan ini. Saya
sudah pernah berkata saya sanggup hidup miskin dan susah. Namun saya tidak
menerima untuk berbagi dirimu dengan wanita lain. Saya tidak bisa menerima
kenyataan ini…”
“…. Setelah apa yang saya relakan demi hidup bersamamu. Kamu hanya dapat memberikan
saya penghianatan.”
“… kamu kejam mas,” kata clara dengan mata yang
berlinang dengan air mata. Dimas tidak dapat melakukan apapun, dia hanya
terdiam penuh penyesalan. Menghadapi masalah yang diluar dugaannya, membuat
clara depresi dan memutuskan untuk bunuh diri.
“Terima kasih atas pembalasan kamu setelah apa yang
saya korbankan untukmu mas.
Cintamu terlalu kejam..”
Kemudian wanita itu bunuh diri dan semua
pengorbanannya selama ini berakhir dengan sia-sia.
Sang ayah yang telah mendengar kabar bahwa anaknya
telah bunuh diri, dan memutuskan untuk membesarkan cucunya. Sementara itu dimas
yang ditinggalkan clara, merasa terpukul dan mengalami depresi berat dan
mengalami gangguan kejiawaan.