(The Influence Corporate Social
Responsibility to Stock Return)
(Studi Empiris Perusahaan yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2009)
(Studi Empiris Perusahaan yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2009)
Dul Muid
Abstract
This research is
aimed to
examine
the influence of corporate
social responsibility (CSR) of stock return (using CAR as a proxy) on the company’s environmentally sensitive category and does not follow the PRPPER from 2008-2009. Analysis of CSR in this research are based on environment and social parameters.
It also uses PBV
and DER as control
variables. The samples which are use in this research are 68 annual report of companies listed in Indonesia Stock Exchange in the 2008-2009. Samples are obtained by using purposive
sampling method.
Hypothesis testing method used is multiple
regression analysis. The result showed
only partially
CSR (social)
variables, which
has positive
influence on stock return. While CSR variables (environment) variables did not affect the stock return. The
result simultaneously with control variables indicate that the variables of CSR (environment) and CSR (social)
positive effect on stock return.
Keywords: CSR, environment,
social, stock return
Abstraksi
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh
corporate social responsibility (CSR) terhadap stock return (di proksi sebagai
CAR ) dalam lingkungan perusahaan yang dikategorikan sensitive
dan tidak pengikuti
PRPPER dari tahun 2008 – 2009. Analisis
CSR dalam penelitian ini di dasarkan pada parameter social dan lingkungan.penelitian ini juga
menggunakan PBV dan
DER sebagai variable control. Sampel penelitian ini sebanyak 68 laporan keuangan
tahunan perusahaan yang terdaftar di ISE tahun 2008 – 2009. Sampel diperoleh
dengan menggunakan purposive sampling.Uji hipotesis menggunakan analisa regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan hanya variable
CSR ( social ) secara parsial berpengaruh positif
terhadap stock return,
sedangkan variable CSR ( environment ) tidak berpengaruh terhadap
stock return. Secara
bersama – sama dengan menggunakan variable control baik
variable environment dan social berpengaruh positif terhadap stock return.
Kata kunci: CSR , lingkungan, social
dan return saham
1. Pendahuluan
Konsep tentang
CSR muncul ketika
kesadaran akan sustainability jangka panjang perusahaan lebih penting dibandingkan profitability. Pada dasarnya pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan bertujuan
untuk memperlihatkan kepada masyarakat tentang
aktivitas sosial yang dilakukan oleh perusahaan dan pengaruhnya kepada masyarakat. Di Indonesia
corporate social responsibility diatur dalam Undang-undang No.40 Pasal 74 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas. Ayat 1 undang-undang tersebut
menyatakan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau
berkaitan dengan sumber
daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Corporate social responsibility (CSR) merupakan
salah satu bukti bahwa perusahaan tidak hanya berorientasi pada kepentingan shareholders dalam menjalankan aktivitas bisnisnya, namun juga pada kepentingan stakeholders. Corporate social responsibility merupakan fenomena strategi
perusahaan yang mengakomodasi kebutuhan
dan kepentingan para stakeholder. Oleh karena itu stakeholders membutuhkan informasi mengenai CSR. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui
laporan tahunan (annual report) yang dikeluarkan
oleh perusahaan.
Laporan tahunan
memberikan gambaran tentang
kinerja perusahaan secara
komprehensif
baik mengenai informasi keuangan maupun informasi non keuangan yang perlu
diketahui oleh para pemegang saham,
calon investor, pemerintah, atau bahkan masyarakat (Junaedi, 2005). Oleh karena
itu, pengungkapan informasi yang dilakukan perusahaan di dalam laporan tahunan akan menjadi salah
satu bahan pertimbangan bagi investor untuk
melakukan investasi pada perusahaan yang bersangkutan. Keputusan
investor untuk menanamkan modalnya didorong karena
adanya harapan untuk memperoleh return atas investasi yang dilakukan.
Semakin baik kinerja suatu perusahaan maka akan semakin menarik minat investor karena
keuntungan atau return yang diharapkan juga akan semakin
besar. Dengan demikian,
perusahaan harus berusaha menunjukkan kinerja terbaiknya agar keputusan yang diambil
investor dapat menguntungkan perusahaan. Salah satu caranya adalah
dengan melakukan kegiatan sosial dan aktivitas lingkungan sebagai wujud tanggung
jawab perusahaan terhadap lingkungan
di sekitarnya. Undang-Undang No.25/2007 tentang “Penanaman Modal”
, Pasal 15 huruf b menyebutkan bahwa setiap penanam
modal berkewajiban melaksanakan tanggung
jawab sosial perusahaan. Pembentukan undang-undang tersebut didasarkan adanya
semangat untuk menciptakan iklim penanaman modal
yang kondusif yang salah satu aturannya
mengatur tentang kewajiban untuk menjalankan corporate social responsibility. Kehadiran undang-undang tersebut
diharapkan dapat memberikan keuntungan kepada investor
dan menciptakan iklim investasi yang menggairahkan. Pengaturan
mengenai tanggung jawab penanam modal diperlukan untuk
mendorong iklim persaingan usaha yang sehat,
memperbesar tanggung jawab lingkungan dan pemenuhan hak dan kewajiban serta upaya mendorong ketaatan penanam modal terhadap peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan CSR secara konsisten oleh
perusahaan akan mampu menciptakan iklim investasi (penanaman modal). Berbagai penelitian yang terkait tentang
hubungan CSR dengan stock return menunjukkan adanya
keragaman hasil. Penelitian Zuhroh dan Sukmawati
(2003) pada perusahaan-perusahaan high profile membuktikan bahwa pengungkapan sosial
dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh terhadap volume
perdagangan saham. Brammer
et al (2005) menginvestigasi hubungan
antara corporate social performance dan financial performance yang diukur dengan
stock return untuk perusahaan–perusahaan di UK. Environment dan employment berkorelasi negatif
dengan return, sedangkan community berkorelasi positif . Fiori et al (2007)
meneliti CSR yang berkaitan dengan
reaksi investor dan memproksi kinerja perusahaan menggunakan stock price. Hasil empirisnya menunjukkan CSR tidak signifikan
mempengaruhi stock price. Titisari, dkk (2010)
yang menguji pengaruh CSR terhadap kinerja perusahaan (firm performance) yang diukur dengan stock return (diproksi
dengan CAR) baik CSR secara keseluruhan maupun
berdasarkan pada parameternya (environment, employment, dan community) menunjukkan variabel
environment dan community berkorelasi positif
dengan CAR, sedangkan parameter employment justru
berkorelasi negatif dengan CAR. Adanya
hasil empiris terdahulu
yang masih kontradiktif dan bervariasi dalam mengukur kinerja perusahaan serta pentingnya konsep ini dalam membentuk kepercayaan investor, penelitian
ini akan membahas pengaruh CSR terhadap kinerja perusahaan
yang di ukur dengan stock return. Teori legitimasi menjelaskan bahwa pengungkapan tanggung
jawab sosial dilakukan perusahaan dalam
upayanya untuk mendapatkan legitimasi dari komunitas dimana perusahaan
itu berada dan memaksimalkan kekuatan
keuangannya dalam jangka
panjang. Dengan demikian, diharapkan akan meningkatkan reputasi
perusahaan sehingga nilai perusahaan juga akan meningkat. Teori stakeholder menyatakan bahwa
pengungkapan tanggung jawab
sosial oleh perusahaan dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi keinginan
stakeholders. Hal ini disebabkan dukungan
stakeholder kepada perusahaan mempengaruhi keberadaan perusahaan tersebut.
2. Telaah Teori
2.1. Teori Legitimasi
Menurut Ahmad
dan Sulaiman (2004)
teori legitimasi didasarkan pada pengertian kontrak sosial yang diimplikasikan antara institusi sosial dan masyarakat. Teori legitimasi juga menjelaskan bahwa praktik pengungkapan tanggung jawab perusahaan harus dilaksanakan
sedemikian rupa agar aktivitas dan kinerja perusahaan dapat diterima oleh masyarakat. Ghozali dan Chariri
(2007) menjelaskan bahwa guna melegitimasi aktivitas perusahaan di mata masyarakat, perusahaan cenderung menggunakan kinerja berbasis lingkungan dan pengungkapan
informasi lingkungan.
Teori legitimasi merupakan teori yang paling
sering digunakan terutama ketika berkaitan dengan wilayah sosial dan akuntansi lingkungan. Meskipun masih terdapat
pesimisme yang kuat yang dikemukakan oleh banyak peneliti,
teori ini telah dapat menawarkan sudut pandang yang nyata mengenai pengakuan sebuah perusahaan secara
sukarela oleh masyarakat.
2.2. Teori Stakeholders
Perusahaan adalah bagian dari beberapa elemen yang membentuk
masyarakat dalam sistem sosial. Kondisi tersebut
menciptakan sebuah hubungan
timbal balik antara perusahaan
dan para stakeholder.
Hal ini berarti
perusahaan harus melaksanakan peranannya secara
dua arah yaitu untuk memenuhi
kebutuhan perusahaan itu sendiri
maupun stakeholders.
Menurut
Freeman (2001)
teori
stakeholder adalah teori
yang menggambarkan
kepada pihak mana saja (stakeholder) perusahaan bertanggung jawab. Januarti dan Apriyanti (2005)
mengemukakan bahwa teori stakeholder mengasumsikan bahwa eksistensi perusahaan
memerlukan dukungan stakeholder sehingga aktivitas perusahaan juga mempertimbangkan
persetujuan
dari stakeholder.
Stakeholders merupakan individu, sekelompok manusia, komunitas atau masyarakat baik secara keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki hubungan
serta kepentingan terhadap perusahaan. Ghozali dan Chariri
(2007) menjelaskan bahwa
stakeholders theory
mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya
sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholder-nya
(pemegang saham, kreditor, konsumen,
supplier, pemerintah, masyarakat,
analis, dan pihak lain).
2.3. Corporate Social Responsibility
Corporate Social Responsibility adalah masalah yang semakin penting bagi para agen ekonomi. Hal ini disebabkan masalah tersebut menjadi
perhatian baru untuk semua aspek dari
aktivitas perusahaan dan hubungan mereka dengan stakeholders. Menurut
Suharto (2008) CSR adalah operasi
bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan
perusahaan secara finansial, melainkan pula untuk pembangunan sosial-ekonomi kawasan
secara holistik, melembaga dan berkelanjutan. Pelaksanaan corporate social responsibility merupakan hal yang sangat penting
karena berkaitan dengan
pembentukan citra
positif perusahaan.
2.4. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan
Ghozali dan Chariri (2007) menjelaskan bahwa pengungkapan tanggung
jawab sosial dan lingkungan adalah proses yang digunakan oleh perusahaan untuk mengungkapkan
informasi berkaitan dengan
kegiatan perusahaan dan pengaruhnya terhadap
kondisi sosial masyarakat dan lingkungan. Jenis pengungkapan ada yang bersifat wajib (mandatory) dan sukarela (voluntary). Setelah diberlakukannya undang-undang No.40 Pasal 74 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas, di Indonesia perusahaan yang menjalankan usahanya
berkaitan atau di bidang sumber daya alam wajib melakukan
tanggung jawab sosial dan lingkungan. Oleh karena itu perusahaan tersebut juga wajib melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial lingkungan. Masnila (2010) mengatakan bahwa pengungkapan tanggung
jawab sosial dapat dilihat dari berbagai sudut pandang,
yaitu dari tingkat
pengungkapan, tema yang diungkapkan, tipe pengungkapan , maupun lokasi atau tempat pengungkapan tersebut dilakukan
dalam laporan tahunan.
Alasan yang mendorong praktik
pengungkapan sosial dan lingkungan menurut
Deegan (dalam Chariri dan Ghozali, 2007) antara lain :
1. Mematuhi persyaratan yang ada dalam
undang-undang.
2. Pertimbangan rasionalitas ekonomi.
3. Mematuhi
pelaporan dalam proses akuntabilitas.
4. Mematuhi persyaratan
peminjaman.
5. Mematuhi harapan masyarakat.
6. Konsekuensi ancaman atas legitimasi perusahaan.
7. Mengelola kelompok
stakeholder tertentu.
8. Menarik dana investasi.
9. Mematuhi persyaratan industri.
10. Memenangkan penghargaan pelaporan.
2.5. Stock Return
Motivasi para investor melakukan
investasi adalah harapan untuk memperoleh
return yang sesuai.
Tanpa adanya return, tentunya para investor
tidak akan bersedia
melakukan investasi. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan return merupakan
imbalan yang diharapkan investor akan diperoleh atas investasi yang dilakukan di suatu perusahaan. Faktor yang mempengaruhi return suatu investasi meliputi pertama,
faktor internal dan faktor kedua, adalah
menyangkut faktor eksternal.
Menurut Abdul
Halim (2005), komponen pengembalian (return)
meliputi :
1. Untung/Rugi modal (capital
gain/loss) merupakan keuntungan (kerugian) bagi investor yang diperoleh dari kelebihan
harga jual (harga beli) di atas harga beli (harga jual) yang keduanya
terjadi di pasar sekunder.
2. Imbal hasil
(yield) merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima
investor secara periodik, misalnya
berupa dividen atau bunga. Yield dinyatakan dalam persentase dari modal
yang ditanamkan.
Return merupakan hal terpenting dalam menentukan investasi. Penilaian atas return yang diterima
harus dianalisis, antara lain melalui
analisis return diterima pada periode
sebelumnya (return historis). Berdasarkan hasil analisis
tersebut kemudian digunakan untuk menganalisis
return yang diharapkan (expected return).
2.6. Hubungan Pengungkapan Tanggung Jawab
Sosial dengan Reaksi Investor Pengujian terhadap
reaksi pasar melalui indikator harga dan volume perdagangan
saham biasanya
dikaitkan dengan pengujian terhadap EMH (efficient
market hyphotesis). Pasar yang termasuk efisien dapat dilihat dari cepatnya reaksi investor
ketika menanggapi informasi baru.
Fama
(dalam Samsul, 2006) membagi efisiensi
pasar dalam tiga tingkatan, yaitu : 1. The Weak Efficient
Market Hypothesis.
2. The Semistrong Efficient Market Hypothesis.
3. The Strong Efficient
Market Hypothesis.
2.7. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai
CSR telah banyak
dilakukan di berbagai negara
dalam kurun waktu yang berbeda. Zuhroh
dan Sukmawati (2003) menunjukkan bahwa pengungkapan
sosial dalam laporan tahunan perusahaan
berpengaruh terhadap volume perdagangan saham bagi perusahaan yang masuk kategori
high profile. Brammer et al (2005) menginvestigasi hubungan antara corporate social performance dan financial performance yang diukur
dengan stock return untuk perusahaan – perusahaan di UK. Environment dan employment berkorelasi negatif dengan return, sedangkan community berkorelasi positif.
Selanjutnya Fiori et
al (2007) memproksi kinerja keuangan perusahaan menggunakan harga pasar saham dengan variabel kontrol Debt/Equity Ratio, ROE dan Beta levered. Hasil empirisnya menunjukkan CSR parameter
(environment, employment, dan community) tidak signifikan mempengaruhi harga pasar saham. Sayekti dan Wondabio
(2007) meneliti pengaruh
CSR disclosure terhadap Earning Response Coefficient. Bukti empiris menunjukkan CSR berpengaruh negatif terhadap earning response coefficient. Suratno (2006) meneliti
pengaruh environmental performance terhadap environmental disclosure dan economic performance. Hasilnya menunjukkan bahwa environmental performance berpengaruh secara
positif signifikan terhadap environmental
disclosure. Selain itu environmental performance juga berpengaruh secara positif signifikan terhadap economic performance. Almilia dan Wijayanto (2007)
meneliti pengaruh environmental performance dan environmental disclosure terhadap economic performance. Hasilnya menunjukkan bahwa enviromental performance tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap economic performance , sedangkan
enviromental disclosure berpengaruh signifikan
terhadap economic performance. Akhir (2010) menguji pengaruh pelaporan sosial dan lingkungan perusahaan dengan returnsaham perusahaan. Hasilnya
menunjukkan bahwa pengungkapan sosial dan lingkungan perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
saham perusahaan. Titisari
dkk (2010) yang menguji pengaruh
CSR terhadap kinerja perusahaan (firm performance) yang
diukur dengan stock return (diproksi dengan CAR) baik CSR secara keseluruhan maupun berdasarkan pada parameternya (environment, employment, dan community) menunjukkan
variabel environment dan community berkorelasi positif dengan CAR, sedangkan
parameter employment justru berkorelasi negatif dengan CAR.
2.8. Hipotesis
H1 : CSR (environment) berpengaruh positif terhadap stock
return H2 :
CSR (social) berpengaruh positif terhadap stock return
3. Metode Penelitian
3.1. Definisi dan Pengukuran Variabel
Operasional
3.1.1. Variabel Dependen : Stock Return
3. Metode Penelitian
3.1. Definisi dan Pengukuran Variabel Operasional
.1.1. Variabel Dependen :
Stock Return
Stock return diukur dengan Cummulative Abnormal Return (CAR). Abnormal return adalah selisih antara return sesungguhnya
yang terjadi dengan return ekspektasi.
Sedangkan, Cummulative Abnormal Return (CAR) adalah jumlah persentase dari semua abnormal return selama periode waktu tertentu. CAR dihitung cara dengan return indeks pasar, persentase ndari asemua rabnormal dreturn l selamamperiode awaktu tertentu. CAR dihitung yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasarahwa penduga pada saat tersebut (Jogiyanto, e2003). Dengan demikian, stidak i perlu menggunakan indeks pasar pada saat tersebut (Jogiyanto,t2003). Dengan demikian, tidak perlu menggunakan periode estimasi untukhmembentuk modeliestimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah
Sedangkan, Cummulative Abnormal Return (CAR) adalah jumlah persentase dari semua abnormal return selama periode waktu tertentu. CAR dihitung cara dengan return indeks pasar, persentase ndari asemua rabnormal dreturn l selamamperiode awaktu tertentu. CAR dihitung yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasarahwa penduga pada saat tersebut (Jogiyanto, e2003). Dengan demikian, stidak i perlu menggunakan indeks pasar pada saat tersebut (Jogiyanto,t2003). Dengan demikian, tidak perlu menggunakan periode estimasi untukhmembentuk modeliestimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah
|
ARit= Rit −Rmt
Keterangan :
|
|
|
|
|
ARit : Abnormal return untuk perusahaan
i pada hari ke-t. ri
ke-t. Rit : : Return
harian perusahaan i pada hari ke-t.
|
IHSIt : Indeks harga saham
individual perusahaan i pada waktu t.
|
|
|
IHSI-1: Indeks harga saham
individual perusahaan i pada
waktu t-1. aktu
t.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
IHSG-1::I Indeks harga saham individual perusahaan i pada waktu t-1. IHSGt- Sedangkan CAR dinyatakan
dengan rumus sebagai berikut :
Sedangkan CAR dinyatakan dengan rumus sebagai
berikut :
|
CAR it = ∑ARi,t i=I
Dimana:
CAR it : Cumulative Abnormal
Return
3.1.2. Variabel Independen a. Variabel
CSR (environment)
Dimensi lingkungan menyangkut keberlanjutan yang mempengaruhi dampak
organisasi terhadap sistem alami hidup dan tidak hidup, termasuk ekosistem, tanah, air dan udara. Indikator lingkungan meliputi
kinerja yang berhubungan dengan input (misalnya material, energi, dan air) dan output (misalnya emisi, air limbah,
dan limbah). Sebagai tambahan, indikator
ini melingkupi kinerja
yang berhubungan biodiversity (keanekaragaman hayati), kepatuhan lingkungan, dan informasi relevan lainnya seperti
pengeluaran lingkungan (environmental expenditure) dan dampaknya terhadap produk
dan jasa.
b. Variabel CSR (social)
Dimensi sosial
dari keberlanjutan membahas sistem
sosial organisasi
di mana dia beroperasi. Indikator
kinerja sosial GRI mengidentifikasi kunci aspek kinerja yang meliputi praktek perburuhan/tenaga kerja, hak asasi manusia, masyarakat/sosial, dan tanggung jawab produk.
Pengukuran CSR parameters (environment dan social) dilakukan dengan menggunakan indeks
CSR. Penghitungan indeks CSR dilakukan sebagai berikut :
a. Membuat
suatu daftar (checklist)
pengungkapan CSR.
Daftar item yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar
item dari GRI (Global Reporting Initiative) modifikasian
yaitu terdiri dari indikator lingkungan dan sosial.
b. Menentukan indeks CSR untuk setiap perusahaan
sampel.
Pengecekan dan penghitungan CSR parameters menggunakan pendekatan dikotomi yaitu setiap item CSR dalam instrumen
penelitian diberi nilai 1 jika ada dan nilai 0 jika tidak
ada (Haniffa
et al, 2005).
3.1.3. Variabel
Kontrol
a. Variabel
Price to Book Value
Price to Book Value digunakan untuk mengukur kinerja
harga pasar saham terhadap nilai bukunya (Ang, 1997).
Rumus Price
to Book Value :
Keterangan :
PBV : Price to Book Value Ps : Harga pasar
saham BVS :
Book value per share
b. Variabel Debt-Equity Ratio
Debt-Equity Ratio digunakan untuk mengukur keseimbangan proporsi antara aktiva yang didanai oleh kreditor
dan yang didanai oleh pemilik
perusahaan (Juliaty
dan Prastowo, 2002). Pada umumnya kreditor jangka panjang lebih menyukai angka DER yang kecil. Hal ini disebabkan makin kecil angka ratio ini, berarti makin besar jumlah aktiva yang didanai
oleh pemilik perusahaan, dan makin besar penyangga
resiko kreditor.
Rumus Debt-Equity Ratio :
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi yang menjadi obyek penelitian ini adalah perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2009. Pemilihan sampel dilakukan
dengan menggunakan metode purposive sampling. Adapun kriteria
sampel yang akan digunakan yaitu perusahaan yang termasuk kategori
industri rawan lingkungan dan perusahaan tersebut
tidak mengikuti Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam
pengelolaan lingkungan dari Kementrian
Lingkungan Hidup tahun 2008-2009.
3.3. Metode Analisis
Pengujian- pengujian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Analisis
Statistik Deskriptif
Analisis statistik
deskriptif memberikan
gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari
nilai maksimum, minimum, mean, dan standar deviasi.
2. Uji Asumsi Klasik
Pengujian ini terdiri dari uji normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.
3. Metode Regresi Linier Berganda
Metode regresi
linier berganda bertujuan untuk
menguji pengaruh dua atau lebih
variabel
independen terhadap variabel
dependen dengan skala
pengukur atau rasio
suatu persamaan linier.
Persamaan regresi yang digunakan sebagai
berikut :
Y = a+ b1 X1+ b2X2 +b3X3 +b4X4 +e Keterangan :
Y a
X1 X2 X3 X4
b1,…,b4 e
: CAR
: Konstanta
: CSR (environment) : CSR (social)
: PBV : DER
: Koefisien Regresi
: Error
Pengujian yang
digunakan dalam analisis
ini adalah uji signifikansi parameter individual (uji statistik t). uji signifikansi simultan (uji statistik F), dan uji
koefisien determinasi (R2).
4. Hasil Penelitian
dan Pembahasan
4.1. Analisis Statistik Deskriptif
Pada bagian
ini akan digambarkan atau dideskripsikan data masing-masing variabel pada tahun 2008 dan 2009 yang telah diolah
dilihat dari nilai
minimum, nilai maksimum,
nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi
dari masing-masing variabel.
Tabel Statistik Deskriptif
N
|
Minimum
|
Maximum
|
Mean
|
Std. Deviation
|
|
CAR CSRenvironment
CSRsocial
PBV DER
Valid N (listwise)
|
68 68
68 68 68
68
|
-.00884 .00000
.050 .29
-56.239
|
.00437 .80000
.550 8.05
5.590
|
-.00026 .14069
.21875 1.8429
.54303
|
.00281 .17824
.12581 1.65204
7.10191
|
Sumber: data sekunder diolah
4.2. Uji Asumsi Klasik 4.2.1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu data terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis statistik
yang menggunakan One-sample Kolmogorov-Smirnov Test dan analisis grafik berupa histogram dan
Normal P-P Plot.
Hasil Uji Normalitas
One-sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
|
|||
N
|
68
|
||
Normal
Parametersa
|
Mean
|
.0000000
|
|
Std. Deviation
|
.00256341
|
||
Most Extreme Differences
|
Absolute
|
.076
|
|
Positive
|
.040
|
||
Negative
|
-.076
|
||
Kolmogorov-Smirnov
Z
|
.623
|
||
Asymp.
Sig. (2-tailed)
|
.833
|
||
|
Sumber:Sumber: Output
SPSS, data sekunder yang diolah
Tampilan output di atas menunjukkan bahwa besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,623 dan signifikan pada 0,833 yang melebihi nilai α = 0,05. Hal ini berarti bahwa
data juga terdistribusi secara normal dan model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
Grafik histogram memberikan pola distribusi yang mendekati normal.
Selanjutnya,
grafik normal p-p plot terlihat
titik-titik yang menyebar di sekitar garis diagonal
dan penyebarannya mengikuti
arah garis diagonal. Berdasarkan analisis kedua grafik tersebut, maka
model regresi memenuhi asumsi normalitas.
4.2.2. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi ditemukan korelasi antar variabel
bebas. Model regresi yang baik adalah yang
di dalamnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas.
Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel
|
Tolerance
|
VIF
|
CSR (environment)
|
0,660
|
1,516
|
CSR (social)
|
0,661
|
1,512
|
PBV
|
0,932
|
1,073
|
DER
|
0,984
|
1,016
|
Hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki
nilai tolerance kurang
dari 0,10. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama, tidak ada satu variabel
independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen
dalam model regresi.
4.2.3. Uji Autokorelasi
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya
korelasi antar variabel pengganggu dalam satu model regresi linier. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas
dari autokorelasi (Ghozali,2006).
Hasil Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized Residual
|
|
Test Valuea
Cases < Test Value Cases
>= Test Value Total Cases Number of
Runs
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
|
.00024 34
34 68
30
-1.222
.222
|
Sumber: Output SPSS, data sekunder diolah
Pada tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa nilai test adalah 0,00024
dengan probabilitas 0,222 signifikan pada 0,05. Dikatakan tidak terjadi autokorelasi apabila nilai
probabilitas berada di atas nilai signifikansi. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa
persamaan di atas residualnya
random atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual.
4.2.4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu
pengamatan ke pengamatan yang lain.
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Hasil uji heteroskedastisitas dengan grafik scatterplot antara SRESID sebagai sumbu X dan ZPRED
sebagai sumbu Y tidak menunjukkan pola yang jelas,
dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka
0 (nol) pada sumbu Y. Dengan
demikian dapat disimpulkan tidak terjadi
heteroskedastisitas pada persamaan tersebut.
4.3. Pengujian Hipotesis
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
|
Unstandardized Coefficients
|
Standardized Coefficients
|
t
|
Sig.
|
Collinearity Statistics
|
||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
Tolerance
|
VIF
|
|||
(Constant) CSRenvironment CSRsocial
PBV
DER
|
-.002 -.003
.007 .000
-4.453E-5
|
.001 .002
.003 .000
.000
|
-.218 .313
.292
-.112
|
-3.126 -1.541
2.219 2.455
-.971
|
.003 .128
.030 .017
.335
|
.660 .661
.932
.984
|
1.516 1.512
1.073
1.016
|
a. Dependent
Variable: CAR
Sumber : Output SPSS, data yang diolah
Hasil Uji Statistik
F ANOVAb
a. Predictors:
(Constant), DER, CSRenvironment, PBV,
CSRsocial b. Dependent Variable: CAR
Sumber : Output SPSS, data sekunder yang
diolah
Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb
a. Predictors:
(Constant), DER, CSRenvironment, PBV,
CSRsocial b. Dependent Variable: CAR
Sumber : Output SPSS, data sekunder yang
diolah
Berdasarkan uji t, dapat dilihat bahwa
dari kedua variabel
independen yang dimasukkan ke dalam model regresi,
variabel CSR (environment) tidak berpengaruh signifikan terhadap
CAR. Di sisi lain, variabel
CSR (social) berpengaruh signifikan terhadap
CAR, dengan nilai probabilitas 0,03. Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diketahui nilai F hitung sebesar
3,210 dengan probabilitas sebesar
0,018. Angka probabilitas tersebut lebih kecil dari nilai 0,05 (5%) dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa CSR environment, CSR social, PBV,
dan DER secara simultan berpengaruh terhadap CAR. Terlihat nilai nilai AR² adalah 0,117,
hal tersebut berarti bahwa 11,7% variabel stock return yang diproksikan dengan CAR dapat dijelaskan oleh DER, CSR (environment), PBV, CSR (social), lalu sisanya
yaitu sebesar 88,3% dijelaskan oleh variabel-variabel yang lain di luar
persamaan.
5. Simpulan, Keterbatasan,
Saran
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan yang telah dilakukan
pada bab sebelumnya,
dihasilkan simpulan sebagai berikut :
1. Variabel
CSR (environment) tidak
berpengaruh terhadap stock return. 2. Variabel CSR (social)
berpengaruh positif terhadap stock return.
3. Variabel independen CSR (environment) dan CSR (social) serta variabel kontrol PBV dan DER secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap stock return yang diproksi
oleh CAR.
5.
Variabel kontrol yang digunakan
dalam penelitian ini adalah PBV dan
DER. Berdasarkan hasil analisis
menunjukkan bahwa PBV berpengaruh positif terhadap stock return yang diproksi CAR. Sebaliknya, DER tidak berpengaruh terhadap stock return yang diproksi CAR.
5.2. Keterbatasan
Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain
:
1. Indeks
pengungkapan CSR yang digunakan sebagai
ukuran besarnya pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan perusahaan sampel cenderung bersifat
subyektif. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan sudut pandang dari masing-masing
pembaca dalam melihat
pengungkapan tanggung jawab
sosial yang diungkapkan perusahaan.
2. Total sampel hanya berjumlah 68 perusahaan
dengan tahun pengamatan 2008-2009.
3. Obyek penelitian terbatas
pada industri rawan lingkungan yang tidak mengikuti Program
Penilaian Peringkat Kinerja dalam Pengelolaan
Lingkungan.
4. Variabel yang digunakan sebagai
proksi dari CSR merupakan pengembangan dari penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Titisari dkk (2010).
5.3. Saran
Berdasarkan hasil analisis pembahasan serta beberapa kesimpulan dan keterbatasan pada penelitian
ini, adapun saran-saran yang dapat diberikan
agar mendapatkan hasil yang
lebih baik, yaitu:
1. Pengukuran indeks CSR harus terus mengikuti perkembangan yang ada dari berbagai badan internasional yang terkait
dengan CSR dan disesuaikan dengan keadaan
di Indonesia.
2. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memperbesar jumlah
sampel dan memperpanjang tahun
pengamatan.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mempertimbangkan lebih banyak jenis perusahaan dalam analisis.
4.
Penelitian selanjutnya diharapkan menambah variabel yang digunakan sebagai
proksi dari CSR.
Daftar Pustaka
Andayani, Tri Juniati.
2009.“Corporate Social Responsibility Disclosure Alternatif Pengambilan
Keputusan Bagi Investor”. Available at : (www.google.com)
Anggraini. 2006. “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi
Sosial dalam Laporan
Keuangan Tahunan”,
Simposium Nasional Akuntansi IX Padang,
23-26 Agustus 2006
Ang,
Robert. 1997.The Intelegent Guide to Indonesian
Capital Market, First Edition, Mediasoft Indonesia
Brammer S, Brooks C, dan Pavelin
S.2005. Corporate Social Performance and Stock Returns: UK Evidance from Disaggegate
Measures, Financial Managements
Dahlia,
Lely dan Siregar, Veronika
Sylvia. 2008. “Pengaruh Corporate Social Responsibility
Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Tercatat Di Bursa
Efek Indonesia Pada Tahun 2005 Dan 2006)”, Simposium Nasional Akuntansi X1 Pontianak,
23-24 Juli 2008.
Fiori G, Donato F, and Izzo M F.2007.Corporate social responsibility and firms performance, an
analysis Italian listed companies.(www.ssrn.com).
Ghozali, Imam dan Chariri,
Anis. 2007.Teori
Akuntansi, Edisi Ketiga, Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS : Cetakan IV, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang
Halim, Abdul.
2005.Analisis Investasi, Edisi Kedua, Salemba Empat, Jakarta
Irawan. Irwan. 2009. Teori Stakeholder. Available at : (www.google.com)
Iryanie, Emy. 2009. “Komitmen Stakeholder Perusahaan Terhadap
Kinerja Sosial Dan Kinerja Keuangan (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)”, Tesis,
Universitas Diponegoro, Semarang
Januarti, Indira, Apriyanti D.2005. ”Pengaruh Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
terhadap
Kinerja Keuangan”, Jurnal MAKSI, Vol.
5 No. 2
Jogiyanto. 2003.Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Ketiga,
BPFE, Yogyakarta
Juliaty, Rifka dan Prastowo, Dwi. 2002.Analisis Laporan Keuangan: Konsep dan Aplikasi, Edisi Revisi, UPPAMPYKPN, Yogyakarta
Lindarto, Akhir. 2010.
“Pengaruh Pengungkapan Sosial dan Lingkungan Perusahaan Terhadap Harga Saham”, Skripsi, FE Undip, Semarang
Masnila, Nelly. 2010. Corporate Social Responsibility : Sebuah Pandangan dari Sudut Akuntansi (Corporate Social Responsibility: An Overview from Accounting
Perspective).
Available at: (www.google.com)
Nik Ahmad, Nik Nazli.,
Mailah Sulaiman. 2004.
“Environmental Disclosure in Malaysian Annual Reports: A Legitimacy Theory Perspective”. International
Journal of
Commerce & Management. Vol.14, No.1.
Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, Erlangga, Jakarta
Sayekti, Yosefa dan Wondabio,
Ludovicus Sensi. 2007.
“Pengaruh CSR Disclosure Terhadap Earning Response Coefficient (Suatu Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar
Di Bursa Efek Jakarta)”, Simposium Nasional Akuntansi X
Makassar, 26-28 Juli
2007.
Sembiring, Eddy Rismanda. 2005. “Karakteristik
Perusahaan Dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial:
Study Empiris Pada Perusahaan Yang Tercatat Di Bursa Efek Jakarta)”,
Simposium
Nasional Akuntansi VIII Solo, 15-16 September 2005.
Suharto, Edi. 2008. “Corporate Social Responsibility: What is and Benefits for Corporate”. Available at: (www.google.com)
Suratno, Darsono
dan Mutmainah. 2006. “Pengaruh
Enviromental Performance terhadap environmental disclosure dan economic performance”, Simposium Nasional Akuntansi IX Padang,
23-26 Agustus 2006.
Titisari, Kartika Hendra,
Suwardi, dan Doddy Setiawan. 2010. “Corporate Social Responsibility dan Kinerja
Perusahaan”, Simposium Nasional Akuntansi X111 Purwokerto,
13-14 Oktober 2010.
Zuhroh, Diana,
dan I Putu Pande Heri
Sukmawati. 2003. Analisis
Pengaruh Luas Pengungkapan Sosial dalam
Laporan Tahunan
Perusahaan terhadap Reaksi
Investor, Simposium Nasional Akuntansi VI Indonesia Capital Market Directory. UU No 47 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas. UU No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
www.globalreporting.org
www.idx.co.id
www.menlh.go.id
#15 Grade 23 titanium / copper wire wire rail - T-TECH
BalasHapus#15 grade 23 titanium / copper wire rail; #18 thaitanium grade 24 iron wire. Connect the titanium dive knife rails with this titanium damascus knives wire in a titanium tv apk single piece of copper wire. These titanium hair trimmer as seen on tv metal rails provide a